PW Syabab Hidayatullah Sulsel Gelar Seminar Nasional Kepemudaan Bahas Westernisasi
Pimpinan Wilayah Syabab Hidayatullah Sulawesi Selatan (PW Syabab Sulsel) menyelenggarakan seminar nasional yang mengusung tema “Eksistensi Peran Pemuda dalam Cengkraman Westernisasi”. Seminar sehari ini digelar di Aula Bima Tamalanrea, Makassar, Maret (28/3/2015).Seminar yang berlangsung semarak dihadiri komponen mahasiswa dan pemuda ini mengahadirkan sejumlah tokoh kompeten sebagai narasumber, yaitu Ketua KNPI Sulsel Mizar Roem, Anggota DPD RI Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Syabab Hidayatullah Naspi Aryad.
Kegiatan ini mengundang pula organisasi pemuda lainnya seperti HMI, PMII, LMB, himpunan-himpunan mahasiswa dan sebagainya.
Dalam pemaparannya, Ketua KNPI Sulsel Mizar Roem mengatakan umumnya pemuda, khususnya pemuda Islam, saat ini jarang ditemukan memegang membaca Al-Qur'an di tempat umum.
Justru, kata dia, pemuda lebih sibuk dengan gadgetnya. Namun dia menegaskan tidak menafikkan bahwa gadget elektronik sejatinya merupakan keniscayaan yang terus berkembang yang dipengaruhi oleh modernisme.
Dia menjelaskan, modernisme yang diandai dengan melesatnya hegemoni Barat tidak saja dari aspek perangkat elektronik, tapi juga fashion, food, dan hampir semua bidang kehidupan, akhirnya merambat ke berbagai belahan dunia dan pelan tapi pasti menjadi corak baru yang menjadi trendsetter dianggap sebagai sebagai sesuatu yang keren.
"Apa yang datang dari Barat tidak semua jelek. Disinilah dibutuhkan kecakapan personal dalam menyikapi fenomena ini. Sebab, jangan sampai dengana adanya itu semua kita malah lebih barat daripada orang barat itu sendiri. Lebih gila. Lebih aneh," selorohnya.
Mizar menyimpulkan bahwa bahwa fenomena westernisasi di Indonesia dan belahan dunia lainnya memang ada dan massif berlangsung. Karenanya, dia berharap tema penting ini tidak hanya didiskusikan tetapi juga butuh aksi riil dalam melawan westernisasi di Indonesia.
DIkesempatan yang sama pembicara lainnya yakni Abdul Aziz Qahar Muzakkar mendorong pemuda untuk aktif berbuat dan intens melakukan upaya-upaya sistematik dalam melakukan perubahan masyarakat agar lebih baik.
"Perlu kita ketahui pula bahwa seluruh perubahan besar dimuka bumi ini semuanya itu dilakukan oleh orang muda, dan seluruh sejarah itu diisi oleh orang muda termasuk Nabi Muhammad dan para Sahabat," ungkap Azis Qahar Muzakkar.
Sehingga, lanjut dia, pertanyaan besar bagi pemuda sekarang adalah mampukah kita sebagai pemuda Indonesia jadi orang muda yang dimana mampu menciptakan sejarah, melawan pengaruh barat dan menjadi seorang pemimpin yang berkarakter mulia.
"Tentu semua itu bisa jika kita sadar akan tugas kita sebagai pemuda dan seorang hamba," pungkas Aziz.
Menambahkan dan memungkasi pembicaraan kedua pambicara, Ketum PP Syabab Hidayatullah Naspi Arsyad, mengemukakan pentingnya membangun tradisi intelektual di kalangan pemuda. Tidak semata matang secara inetelektual, kata Naspi, pemuda juga sejatinya menjadi motor utama kontra westernisasi dengan memantapkan peran riil di masyarakat.
Pemuda Hidayatullah, disebutkan Naspi, saat ini secara rutin terus melakukan upaya-upaya tersebut dengan menggagas berbagai program prioritas diantaranya SNW Basic Training untuk pelajar dan sederajat, training pra pernikahan untuk mahasiswa dan selevelnya, halaqah, diskusi, workshop, atau seminar seperti yang dilakukan oleh PW Syabab Sulsel ini dengan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait.
Naspi menegaskan, pemuda hari ini harus menempa diri untuk menyiapkan diri memgemban tugas-tugas kepemimpinan di masa mendatang. Sebab, bagaimanapun, alih generasi adalah sebuah keniscayaan. Sehingga kalau pemuda hari ini tidak segera bersiap diri, maka beban tugas kepemimpinan hingga level nasional di masa mendatang akan mengalami stagnasi bahkan bisa lumpuh.
“Semua pemuda adalah harapan dan pemuda harapan itu adalah pemuda yang berkarakter pemimpin,” ujar beliau.
Ketua PW Syabab Hidayatullah Sulsel, Muhammad Robianto, selalu panitia mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya Barat yang faktanya telah mempengaruhi kehidupan masyarakat dan pemuda Indonesia.
Sehingga, kata Robianto, perlu adanya langkah-langkah antisipatif-preventif dalam mengahadapi serangkaian pengaruh barat ke tatanan kehidupan sosial dan juga beragama di negara kita dewasa ini.
"Karena jangan sampai budaya Indonsesia tereduplikasi oleh budaya barat yang kini telah merajarela di di hampir semua level dan wilayah. Maka kami memandang perlu adanya peran pemuda dalam mengahadapi ini baik dengan ajuan wacana maupun rangkaian ide progresif yang tetap dalam koridor Islam," ujarnya. / Iqra'