Kuatkan Jalinan Sinergi dan Meneladani Syabab Pendiri Hidayatullah
PALEMBANG - Keberadaan Syabab Hidayatullah Sumatera Selatan (Sumsel) diharap agar jangan hanya sekedar menambah jumlah lembaga secara internal sehingga terlihat lebih gemuk. Namun Syabab Hidayatullah harus mampu menjadi motor penggerak sehingga roda organisasi Hidayatullah dapat lebih dinamis.Demikian dikatakan Ketua Departemen Dakwah dan Perkaderan PP Syabab Hidayatullah, Ilman Abdullah, di acara pengukuhan sekaligus pelantikan Syabab Hidayatullah Sumsel, Sabtu (15/04/2017).
"Sebagai lembaga kepemudaan, Syabab Hidayatullah Sumatera Selatan harus mampu memperlihatkan karya yang lebih nyata bahkan dibanding organisasi induknya. Untuk itu, Syabab harus menjalin sinergi yang harmonis dengan lembaga internal Hidayatullah dan eksternal lainnya serta tidak menjadi 'pesaing' negatif mereka," kata Ilman dalam sambutannya.
Sementara itu, Ketua DPW Hidayatullah Sumsel Ahmad MS mengatakan Hidayatullah juga dirintis oleh kaum syabab. Dia mengatakan, Ustadz Abdullah Said serta 4 pendiri lainnya masih berusia 20-an tahun ketika mengawali Hidayatullah.
"Relatif sama dengan usia para pengurus PW Syabab Sumsel 2017-2019 yang baru saja dilantik.
Dan hingga hari ini, semangat para pendiri Hidayatullah dengan usia yg sudah senja, masih terjaga dan cenderung tidak mau kalah dengan semangat generasi muda," kata Ahmad.
Dikatakan Ahmad, realita yang tidak dapat dipungkiri bahwa para pendiri Hidayatullah telah meninggalkan karya nyata bahkan cenderung fenomenal. Setidaknya terbukti dengan eksisnya kampus pusat Hidayatullah di Gunung Tembak, Balikpapan.
"Sebagai seorang leader, Ustadz Abdullah Said mampu mewariskan semangat dakwah yang dahsyat, yang dapat diteruskan oleh generasi setelahnya. Terbukti dengan berdirinya Hidayatullah di berbagai pelosok nusantara yang juga dimotori oleh kaum muda," kata Ahmad.
Ahmad menyebutkan, diantara tokoh muda Hidayatullah yang kini telah menjadi tokoh muda ada Ustadz Abdul Mannan yang merintis di Surabaya, Ustadz Abdul Aziz Qahhar di Makassar, dan sebagainya.
Terkait dengan kewajiban mengapresiasi sejarah Hidayatullah, lanjut Ahmad, maka seyogyanya setiap event Hidayatullah mengangkat dan menyegarkan bagaimana perjalanan awal Hidayatullah.
"Mengamati fenomena yang mengalir saat ini, seharusnya Syabab Hidayatullah tampil digaris terdepan untuk mengambil peran sehingga organisasi induk dapat lebih fokus pada tataran yang lebih konseptual," tutur Ahmad.
"Apa yang kita lakukan saat ini, tidak lain hanyalah wujud dari rangkaian mata rantai sejarah yang harus terjaga lewat proses kaderisasi. Makanya sempat muncul slogan secara internal Hidayatullah, 'Mengkader atau Mati'," tukas Ahmad.
Di sisi lain, Ahmad MS mendorong kader Syabab Hidayatullah Sumsel harus mampu menjalin komunikasi dengan organisasi sejenis lainnya dengan tetap menjaga spirit dasar gerakan dakwah Hidayatullah yang berbasis Tauhid.*/ Naspi Arsyad