News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Cerita tentang Pak Satpam dan Pentingnya Penghargaan Terhadap Sesama

Cerita tentang Pak Satpam dan Pentingnya Penghargaan Terhadap Sesama


Oleh Shabirin Ibnu Hambali*

SUATU pagi penulis mendapat kiriman pesan pendek melalui media elektronik. Saya baca. Isinya cukup bikin kaget.

"Bang, kalau lewat depan pos, senyum-senyum sama satpam. Ada nah satpam yang merasa gimana gitu sama abang karena kalau disalamin dan disenyumin gak ngerespon. Terlalu serius kasian bawa motor," begitu kira-kira pesan mengingatkanku tersebut dengan langgam Kaltim yang khas.

Kontan saja penulis kaget sembari mengingat-ingat penuh penyesalan apa yang telah kulakukan. Perbuatan yang sudah sangat biasa penulis lakukan itu ternyata berdampak tidak sepele.

Apatah lagi, setelah ditelusuri, ternyata satpam yang berjaga adalah satpam baru yang masih beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan.

Siapa sangka, perbuatan tampak "sepele" bagi kita namun bagi sebagian orang ternyata punya pengaruh yang sangat besar terhadap pola hubungan sesama manusia.

Wajarlah mengapa selalu ada poster yang mengingatkan kita untuk Senyum, Salam dan Sapa. Sebab, ia adalah perilaku yang harus dibiasakan sehingga menjadi karakter baik bagi pelakunya.

Senyum, salam dan sapa atau biasa disingkat 3S sudah sangat umum diketahui masyarakat. Budaya yang merupakan indikator keramahan seseorang ini memang tidak asing lagi, bahkan banyak dijumpai pamflet atau poster berisi ajakan menjalankan budaya baik ini.

Kendati pun perbuatan senyum, salam dan sapa ini sangat mudah dilaksanakan, namun tidak semua orang dapat menjalankannya secara istiqomah.

Ada saja hal yang dapat dijadikan alasan tidak melakukannya, mulai dari terlalu sibuk dengan urusan, masalah pribadi maupun rumah tangga, hingga karena menganggap perbuatan mulia ini begitu sepele dan terlupakan.

Sebenarnya, sikap ramah melalui 3S ini merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya. Sejak 1400 tahun lalu Nabiyullah Muhammad SAW telah mengingatkan:

“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam: Jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika dia mengundangmu maka datanglah, jika dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasehat, jika dia bersin lalu mengucapkan Alhamdulillah maka doakanlah, jika dia sakit maka jenguklah, dan jika ia meninggal maka iringilah jenazahnya“ (HR. Muslim).

Betapa dahsyatnya ajaran Islam, mengatur kehidupan manusia secara universal termasuk di dalamnya adalah salam yang tentu saja akan menjadi sempurna manakala disandingkan dengan senyuman dan sapaan yang ramah.

Jika melihat teks hadist diatas maka salam adalah hak seseorang muslim. Mengabaikannya berarti mengabaikan hak seorang muslim.

Dalam praktiknya ada adab dalam menunaikannya sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ÙŠُسَÙ„ِّÙ…ُ الرَّاكِبُ عَÙ„َÙ‰ الْÙ…َاشِÙ‰ ، ÙˆَالْÙ…َاشِÙ‰ عَÙ„َÙ‰ الْÙ‚َاعِدِ ، ÙˆَالْÙ‚َÙ„ِيلُ عَÙ„َÙ‰ الْÙƒَØ«ِيرِ

“Hendaklah orang yang berkendaraan memberi salam pada orang yang berjalan. Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk. Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang banyak”. (HR. Bukhari: 6233, Muslim: 2160).

Apatah lagi 3S itu ditujukan kepada satpam sebagaimana kasus di atas. Satpam yang merupakan singkatan dari Satuan Pengamanan ini merupakan bagian terpenting dalam tupoksinya menjaga keamanan namun tanpa sadar mungkin seringkali kita abaikan.

Padahal tugas mereka tidaklah sederhana. Mereka (para satpam) mendedikasikan dirinya untuk mengamankan rumah, komplek maupun instansi tempat dimana kita bekerja dan mencari penghasilan.

Bayangkan bila tempat kita bekerja terganggu keamanannya tentu juga akan mengganggu penghasilan kita. Naz'uzubillahi min zaalik.

Ahh.. semoga saja es coklat dan beberapa potong gorengan yang kuberikan dapat menjadi washilah pencair suasana perasaan pak satpam.

#Assalamualaikum, Pak Satpam!

__________
SHABIRIN IBNU HAMBALI, penulis adalah Sekretaris Pengurus Wilayah Syabab Hidayatullah Kalimantan Timur

Tags