News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Ketum Pembicara Seminar Nasional Kepemudaan dan Kepahlawanan

Ketum Pembicara Seminar Nasional Kepemudaan dan Kepahlawanan


BEKASI - Ketua Umum PP Syabab Hidayatullah Suhardi Sukiman menjadi pembicara dalam acara Seminar Nasional Kepemudaan dan Kepahlawanan yang bertema: "Masa Depan Pemuda Islam di Indonesia: Sejarah, Harapan, dan Tantangan" digelar di Kota Bekasi, Sabtu (11/11/2017).

Seminar yang digelar oleh DPP Pemuda Dewan Dakwah bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Muhammad Natsir ini juga menghadirkan pembicara pakar yaitu Sejarawan dan Pakar Peradaban Dr Tiar Anwar Bahtiar dan intelektual muda yang juga Ketua Umum DPP Dewan Dakwah Dhade R Misbahul dan dimoderatori oleh Wakil Ketua Umum Pemuda Dewan Dakwah yang juga Ketua MIUMI Bekasi Wildan Hasan, M.Pd.I.

Dalam pemaparannya dalam acara tersebut, Suhardi mengemukakan urgensi pemuda dalam keberlansungan sebuah bangsa, lebih-lebih terhadap estafeta dakwah.

Suhardi mengungkapkan, dalam sejarah bangsa-bangsa, pemuda selalu memiliki peran strategis dengan segala kemampuan dan keberaniaannya melakukan perlawanan demi sebuah kemerdekaan.

"Pemuda selalu lekat dengan diaroma herosime dan kebangkitan," katanya di hadapan ratusan undangan yang hadir memadati Aula STID M Nasir.

Mengutip perkataan penyair Chairil Anwar, Suhardi melontarkan bahwa pemuda adalah napas sebuah negara, sebanyak dan sekuat apa para pemuda sepanjang itu umur sebuah negara. Generasi muda adalah rahasia kehidupan bangsabangsa dan sumber kebangkitannya. Sejarah bangsa tidak lain addalah sejarah para kader muda yang berjiwa besar dan berkemauan kuat.

"Lantas, apa kabar anak-anak muda, khususnya pemuda Islam, di negeri kita saat ini?
Pertanyaan ini tentu sangat penting diajukan untuk memahami simpul gerakan dan
keberlangsungan kiprahnya, sebab antitesis dari pesan Chairil Anwar bahwa pemuda adalah nafas sebuah bangsa, maka pemuda juga penentu kapan ajal suatu negari tiba ajalnya," cetusnya.

Suhardi menekankan bahwa problem terbesar pemuda dan umumnya umat Islam dewasa ini adalah ego sektoral yang membuat mereka enggan untuk saling bersatu bahkan lebih senang berseteru dan saling berteriak "aku!, bukan "kita!".

Melihat realitas tersebut, Suhardi dalam makalahnya, menekankan bahwa merupakan kewajiban kita sebagai pemuda Islam untuk selalu merawat dan menjaga negara kita Indonesia sebagaimana dulu para founding father membela Indonesia dengan seruan takbir dan kalimat Tauhid.

Seiring dengan itu, pemuda kita harus terus membangun wawasan kebangsaannya agar memahami betul bahwa Indonesia adalah ladang amal dan dakwah dengan segala keragamannya.

"Seraya dengan itu, mengeliminir upaya dekonstruksi sejarah terhadap peran sentral umat Islam dalam merawat Pancasila dan NKRI," imbuhnya.

Lebih jauh Suhardi menekankan bahwa pemuda perlu untuk mencamkan kalimat ulama kontemporer Syeihk Yusuf Qardhawi tentang ciri kebangkitan ummat dalam bukunya, “Ummatuna Bainal Qarnain” diantaranya menyebutkan cirinya adalah: anak muda kembali kepada agama, tentu agama yang dimaksud bukan saja agama secara simbolik tetapi juga dalam pengertian yang lebih substantif serta tegaknya peradaban (akhlak) segenap generasi muda baik laki-laki maupun perempuan.

Suhardi juga memberikan konklusi tentang beberapa hal yang penting kita lakukan untuk terus menguatkan peran pemuda, khususnya pemuda Islam, adalah membangun kesepahaman bersama yang berlandas pada spirit persaudaraan.

"Kita harus mulai menepikan perbedaanperbadaan yang tidak mendasar dan menguatkan jalinan sinergi antar sesama. Tantangan umat ke depan sangat tidak sederhana dan sama sekali tidak ringan. Para pemudalah yang diharapkan menjadi patron kebangkitan dan persatuan umat," kata pria kelahiran Tolitoli, Sulteng ini.

Menurutnya, jalan dakwah yang kita tempuh pun berliku dan tak mungkin dapat dipikul sendiri. Karenanya, dia mengajak setiap komponen umat bersatu padu untuk memajukan umat dan membangun bangsa yang besar ini.




Tags