Menggurat Sejarah di Negeri Seribu Satu Senja
KAIMANA, adalah sebuah daerah yang terletak di selatan pulau Papua. Kota yang terkenal dengan senjanya yang begitu indah bahkan sampai diabadikan dalam sebuah lagu yang cukup terkenal di era 80-90an.Daerah ini dulunya adalah sebuah kecamatan yang merupakan bagian dari Kabupaten Fakfak dan pada tahun 2003, Kaimana resmi menjadi sebuah daerah otonomi baru.
Lebih seperempat abad sudah Hidayatullah berkiprah di daerah ini. Perjalanan dakwah yang telah memasuki 29 tahun tentunya dipenuhi dengan lika liku dan tak seindah senjanya dimasa-masa awal membangun.
Memulai perjuangan di tahun 1991, kala itu beberapa pemuda hebat yang merupakan santri lulusan Kuliah Muballigh Muballighat (KMM) Hidayatullah Gunung Tembak seperti Syarif Bastian, Mahlan Yani, Amir Muda, Hasdar Ambal diterjunkan untuk membawa misi dakwah Hidayatullah ke kota ini. Pertama kali tiba dan menginjakkan kaki di Kaimana, mereka menumpang di rumah Bapak H. Abdul Kadir Kilkusa seorang jamaah yang berada di pusat kota kecamatan kala itu.
Kemudian pindah ke rumah yang merupakan perumahan guru Sekolah Dasar milik pemerintah. Tak berapa lama di rumah tersebut, Allah SWT menjawab niat mulia para pemuda hebat ini dengan adanya seorang jamaah yang mewakafkan tanah seluas 1 hektar untuk dibangun pesantren. Dia atas tanah wakaf seluah 1 hektar inilah kampus miniatur peradaban Islam dibangun dan menjadi pusat komando dakwah Hidayatullah di Kabupaten Kaimana.
Perjuangan pun berlanjut. Memulai babak baru dengan berhijrah ke tanah wakaf, lokasi yang merupakan hutan lebat dan rawa menjadi perjuangan luar biasa para pemuda tersebut. Siang malam mereka berjibaku menebang pohon dan merintis semak belukar untuk membuka lahan.
Mereka bekerja tanpa mengenal lelah, siang hari mereka kerja habis-habisan, malamnya mereka penuhi dengan bersujud memohon bantuan dan pertolongan Allah SWT melalui tahajjud. Mereka tidur disebuah bangunan ala kadarnya yang terbuat dari batang pohon hutan yang mereka tebang dengan beralaskan kulit kayu.
Kisah harubiru pun terus berlanjut, bicara soal makan. Tidak pernah mereka membayangkan makan ayam goreng kentucky atau soto ayam khas Lamongan. Bisa makan nasi dalam sehari pun sudah syukurnya luar biasa. Perut mereka lebih sering diganjal singkong, pisang dan keladi.
Kampus yang dulunya hutan belantara dan rawa telah disulap menjadi kawasan yang bersih dan asri. Daerah yang dahulunya dipenuhi pepohonan dan semak belukar telah berubah menjadi deretan bangunan. Mulai dari gedung Asrama Putra, Masjid, sekolah TK, MI sampai SMP.
Sejarah telah mereka torehkan, kisah heroik para pemuda hebat dalam mengemban misi dakwah ini telah mengantarkan mereka menjadi pribadi yang berserah diri kepada Allah SWT secara kaffah. Keyakinan yang lahir dan tumbuh dalam diri mereka dari buah perjuangan adalah bukti nyata turunnya bantuan Allah SWT.
Kalaulah bukan karena keterlibatan Allah SWT, tidaklah mungkin mereka mampu datang dari jauh ke tempat ini bertarung nyawa, jauh dari sanak family dan keluarga. Rela tidur menderita dan makan alakadarnya.
Mereka hebat karena adanya bantuan dan pertolongan Allah SWT. Mereka mampu mengemban amanah dakwah menemui berbagai lapisan masyarakat, menciptakan kampus yang indah dan megah itu karena adanya campur tangan Allah SWT di dalamnya.
Saatnya kita sebagai pemuda, bangkit dan hasilkan karya agar kelak ada sejarah yang bisa kita torehkan. Ada cerita yang bisa dijadikan motivasi bagi generasi selanjutnya. Dan, yang terpenting, adalah adanya pertanggung jawaban atas kesempatan dan kekuatan tenaga kala kita muda yang telah Allah SWT berikan.
Kaimana, 23 Maret 2020
Fadhel Anshari
Pengurus Pemuda Hidayatullah Papua Barat