Ketahanan Organisasi dan Pemuda sebagai Penerus Perjuangan
Oleh Mazlis B. Mustafa*SEMUA makhluk hidup memiliki insting bertahan hidup. Begitu pula dengan manusia. Terlebih lagi dalam situasi pandemic Corona seperti saat ini.
Manusia berusaha sedaya upayanya menghindari ancaman penyebaran virus agar terus bertahan hidup. Selain dari instingnya sebagai makhluk hidup, umat Islam secara khusus melakukan upaya-upaya pencegahan dalam rangka menjalankan salah satu maqasidus syariah yakni hifzun an nafs (menjaga jiwa).
Menjaga diri agar tidak masuk ke dalam sebuah musibah dan malapetaka yang dapat merusak dirinya dan membawanya dalam kebinasaan juga merupakan perintah dari Allah SWT (walaa tulquu bi aidiikum ila tahlukah)
Di era ini, ternyata manusia tidak hanya memikirkan cara bertahan hidup untuk dirinya sendiri secara personal, tetapi juga harus menemukan cara untuk bertahan hidup dalam komunitasnya. Mulai dari komunitas terkecil yakni keluarga, desa hingga bangsa, negara bahkan dunia. Termasuklah organisasi di dalamnya.
Dalam standar baru ISO 22316, ketahanan organisasi adalah kemampuan organisasi /perusahaan untuk menyerap dan menyesuaikan diri dengan ketidakpastian yang terjadi dan tetap fokus pada tujuan yang ingin dicapai.
Memperbaiki ketahanan organisasi memastikan bahwa mereka tidak hanya lebih baik ditempatkan untuk mengantisipasi dan merespon risiko potensial, namun juga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Pemuda Hidayatullah sebagai organisasi kepemudaan yang menetapkan dakwah dan tarbiyah sebagai mainstream (arus utama) pergerakannya , diharuskan untuk menyesuaikan diri agar tetap “hidup” di tengah keterbatasan akibat wabah.
Jikalau selama ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan massa, maka di saat ini justru harus menghindari perkumpulan massa demi mematuhi protocol kesehatan dan aturan pemerintah yang berlaku.
Ketum, Bang Imam Nawawi, menganalogikan situasi ini layaknya masa pemboikotan Rasulullah SAW oleh kaum kafir Quraisy. Artinya, di tengah pergerakan yang terbatas, agenda organisasi, program dakwah dan tarbiyah serta mesin organisasi tetap harus terus hidup.
Memanfaatkan perkembangan teknologi di era 4.0 dengan jaringan internet dan dunia digital yang semakin massif, Pemuda Hidayatullah terus berupaya menjalankan agenda dan program organisasi. Mulai dari rapat, koordinasi, kuliah Whatsapp (Kulwap), menyelenggarakan Majelis Online Pemuda (MOP) hingga melaksanakan Musyawarah Wilayah (Muswil) secara daring (online).
Tentu banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya sehingga tidak semua kader muda di seluruh Indonesia dapat mengikuti program-program tersebut. Sebut saja misalnya seperti kestabilan jaringan internet yang tidak merata, ketersediaan perangkat yang tidak memadai, ada kegiatan yang pelaksanaannya bersamaan sehingga tidak bisa mengikuti semua program yang dilaksanakan, dan kendala lain yang bersifat teknis.
Namun, hal-hal teknis di atas akan mampu diatasi manakala prinsip-prinsip utama dalam berorganisasi telah terinternalisasi dan menjadi karakteristik seorang kader dalam menapaki setiap pergerakan organisasinya.
Dalam kata lain, ketahanan organisasi hanya dapat dicapai manakala prinsip-prinsip utama organisasi sudah mendarah daging dalam pemikiran dan gerak anggotanya.
Kesamaan Visi
Sebagai seorang Muslim, kita pasti sepakat bahwa Rasulullah SAW merupakan orang tersukses di dunia yang mampu mebangun sebuah komunitas masyarakat madani hanya dalam waktu 23 tahun. Dengan alasan itulah kemudian mengapa Michael H Hart menempatkan baginda sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia.
Kunci utama dalam mencapai kesuksesan besar oleh Rasulullah SAW adalah adanya pijakan dasar berupa iman dan cita-cita (visi) yang sama dalam mengimplementasikan keimanan mereka secara kaffah.
Jika visi itu adalah sebuah lingkaran dan personil organisasi adalah lingkaran sendiri, maka semakin besar irisan kedua lingkaran itu maka semakin besar pula semangat anggota dalam merealisasikan visi organisasinya.
Dan sebaliknya, semakin kecil irisan antara visi dengan pribadi personil organisasi tersebut, maka semakin tipis pula harapan untuk mencapai visi yang diusung.
Dalam kesuksesan besarnya, para sahabat sangat memahami dan meresapi apa yang diajarkan dan yang diimpikan oleh Rasulullah SAW. Sehingga yang terjadi adalah semua elemen berjalan seiring sejalan menghadapi setiap tantangan yang datang. Mulai dari fase Mekkah dan fase Madinah hingga kelak perjuangannya diteruskan oleh generasi tabi’in dan tabi’I tabi’in yang dalam sejarah mampu menguasai 2/3 dunia.
Dalam lingkup Pemuda Hidayatullah, sebagaimana yang tertuang dalam Anggaran Dasar Organisasi bahwa “Visi Pemuda Hidayatullah adalah terbangunnya Generasi Rabbani” harus benar-benar dihafalkan, difahami dan terinternalisasi dalam relung jiwa yang paling dalam setiap kader. Agar setiap ayunan langkah dalam perjalanannya seiring sejalan menuju terwujudnya visi yang dimaksud.
Sense of Belonging
Jika kita pernah memasuki kompleks perumahan TNI, sering sekali kita menemukan adanya plang dengan tulisan yang sangat besar “Jangan Tanya Apa yang Negaramu Berikan Padamu, Bertanyalah Apa yang Kau Berikan untuk Negaramu?”.
Slogan itu dibuat dalam rangka melahirkan rasa patriotisme yang diawali oleh rasa memiliki dalam konteks bernegara. Rasa memiliki (sense of belonging) ini sangat penting dalam mempertahankan sebuah organisasi.
Seseorang yang merasa memiliki suatu harta benda, pasti akan berupaya optimal untuk menjaga, merawat dan membelanya manakala ada ancaman yang dapat mengancam eksistensi barang tersebut. Ini dikarenakan barang yang dimiliki itu adalah sesuatu yang berharga.
Mempertahankan harta benda yang dimiliki adalah sebuah kemestian dan mati dalam mempertahankan harta yang dimiliki tergolong syahid.
Rasa ini pula yang mendasari perjuangan para pahlawan kemerdekaan yang mayoritas digerakkan oleh para ulama untuk mempertahankan dan membela tanah airnya dari pihak penjajah.
Dalam konteks organisasi kepemudaan, rasa memiliki organisasi mengantarkan seseorang untuk ikhlas berjuang walaupun harus berkorban waktu, fikiran dan harta. Karena ia berprinsip saya adalah Pemuda Hidayatullah dan Pemuda Hidayatullah adalah saya! Keikutsertaan dan kiprahnya dalam berorganisasi bukanlah karena ada rasa terpaksa atau karena ketertarikan program yang ditawarkan.
Kader Penerus Perjuangan
Nabi Muhammad SAW mengawali kenabian dengan menekuni pengkaderan di Daarul Arqam. Di sanalah lahir bibit kader yang hebat dari kalangan para sahabat yang pada akhirnya berhasil membawa risalah Islam hingga keluar Jazirah Arab ke seluruh dunia dan hingga sampai pada kita saat ini.
Pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said sejak awal mendirikan Pesantren Hidayatullah sangat menekankan pentingnya pengkaderan untuk ketahanan organisasi. Betapa banyak organisasi yang mati dan tinggal plang nama seiring matinya proses pengkaderan.
“Mari kuatkan perjuangan di Hidayatullah sekuat tenaga sampai berhasil. Kalau belum berhasil maka kita wariskan perjuangan ini kepada anak-anak kader kita. Kalau mereka belum berhasil maka diteruskan oleh cucu kader kita dan seterusnya”.
Pesan Allahuyarham Ustadz Abdullah Said dengan jelas memberikan pesan kepada kita semua agar terus melakukan pengkaderan dari generasi ke generasi berikutnya demi terwujudnya visi membangun peradaban Islam yang kaffatan linnas dan rahmatan lil ‘alamin.
Maka Pemuda Hidayatullah sesuai dengan fungsinya sebagai organisasi pendukung Hidayatullah harus mengambil peran yang konkrit dalam melahirkan kader penerus perjuangan.
Tugas Pemuda Hidayatullah untuk semaksimal mungkin melakukan program dakwah (rekrutmen anggota yang sitematis, terstruktur, terarah dan massif) dan tarbiyah (pembinaan yang intensif dan berkelanjutan).
Hidayatullah dengan manhaj Sistematika Wahyu yang dimiliki sudah terbukti mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam berkhidmat untuk umat dan bangsa Indonesia dengan berdirinya kampus dan pesantren di lebih dari 500 cabang hingga kini.
Kini dan yang akan datang tugas itu akan diemban oleh berkiprah sebagai Pemuda Hidayatullah saat ini. Pertanyaannya kini adalah mampukah Pemuda Hidayatullah terus bertahan di tengah derasnya tantangan dan peluang yang di masa akan datang?
Insya Allah, biiznillah, bersama kita bisa. Wallahu a’lam.
MAZLIS B. MUSTAFA, penulis adalah Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Pemuda Hidayatullah