Ketum Pemuda Hidayatullah Beri Pencerahan Santri Hidayatullah Tolitoli
TOLITOLI - Kunjungan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Hidayatullah, Mas Imam Nawawi, ke Sulawesi Tengah, tepatnya Palu dan Tolitoli, menjadi kesempatan emas bagi para santri yang menimba ilmu di Pesantren Hidayatullah Tolitoli.
Santri putra maupun putri tampak antusias menyimak paparan demi paparan yang disampaikan oleh penulis buku Mindset Surga itu.
Dalam uraiannya, pemuda yang aktif menulis di website pribadinya masimamnawawi.com itu mendorong para santri untuk meningkatkan budaya literasi.
"Apa yang membuat bangsa Indonesia begitu lama dijajah oleh Belanda adalah karena bangsa Indonesia kurang baca dibanding Belanda. Akibatnya bangsa ini mudah sekali dipecah belah dan ditaklukan dalam waktu yang begitu lama," terangnya.
Beruntung masih ada dari anak anak bangsa ketika itu yang terus menumbuhkan tradisi ilmu dalam pengemberaan intelektual mereka di sekolah rakyat dan di luar negeri.
"Begitu muncul generasi muda dari bangsa ini yang mengerti bagaimana cara membebaskan bangsa ini dari penjajahan Belanda maka segenap potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh seluruh komponen berhasil disatukan dan Indonesia dapat meraih kemerdekaan," kata Imam.
Imam menjelaskan, kemerdekaan yang berhasil diraih bangsa ini berawal dari tumbuhnya pengetahuan dari proses dialektika, ilmu itu kemudian melahirkan kesadaran dan pada puncaknya kesadaran itu yang kelak menghunuskan perlawanan hingga penjajah harus angkat kaki dari negeri ini.
"Sebab dari itu semua adalah mereka mau membaca dan mereka terus berjuang hingga mendapatkan rahmat Allah subhanahu wa ta'ala," imbuhnya meneruskan.
Lebih jauh Imam Nawawi mengajak anak-anak santri untuk keluar dari definisi anak-anak hari ini yang cenderung santai, identik dengan dunia permainan dan tidak bisa berpikir dewasa.
"Walaupun anda semua masih usia anak-anak tapi jangan pernah menganggap bahwa anak-anak itu berarti harus banyak bermain. Mulai sekarang tanamkan kesadaran di dalam diri bahwa yang kalian butuhkan sebenarnya adalah banyak belajar, banyak ibadah, dan banyak latihan tanggung jawab," pesannya.
Imam yang lahir di Jember dan sejak kecil tumbuh dalam tradisi NU ini menekankan bahwa para pejuang kemerdekaan dahulu adalah mereka yang tak lelah berbuat untuk kebajikan, seperti ditunjukkan para ulama dan santri di masa pergerakan nasional.
"Oleh karena itu jadilah anak-anak yang berpikir dewasa, bertindak baik, dan menjadikan setiap kesempatan sebagai sarana menjadi orang-orang yang disayang oleh Allah subhanahu wa ta'ala," tutup Imam.(ybh/hio)