Milenial Perwakilan dari 3 Provinsi Jadi Narasumber Santri Talks Vol. 0.1
Ketiga narasumber tersebut yaitu Muhammad Akbar Ilham Zaky (Depok, Provinsi Jawa Barat), Muhammad Fathurrahman (Timika, Provinsi Papua), dan Muhammad Fathur Ridho (Gunung Tembak Balikpapan, Kalimantan Timur). Acara yang dipandu Sekretaris Wilayah PW Pemuda Hidayatullah DKI Jakarta bang Adam Sukiman Langgu ini berlangsung semarak.
Ketua Departemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) DPP Hidayatullah, Dr Nanang Noer Patria, yang didapuk mengantar acara tersebut menyampaikan Hidayatullah memiliki perhatian besar terhadap masa depan generasi muda karena grand design Hidayatullah yang memiliki visi membangun peradaban Islam tak dapat dilepaskan dari peran dan kiprah anak muda.
"Grand design Hidayatullah bukan sekedar visi yang ala kadarnya, tapi memang visi besar untuk bertemu orang dari seluruh kalangan agar terlibat dalam membangun peradaban. Lebih lebih yang paling menentukan adalah pemuda," kata Nanang.
Ia mengaku senang dan amat bersyukur dapat membersamai kegiatan tersebut sekaligus mengantar acara tersebut dengan pencerahan dan penguatan.
"Para pemimpin masa depan yang ada itu lahir dari pemuda saat ini. Pemuda hari ini, Insya Allah, akan menjadi pemimpin di masa depan. Makanya visi yang harus kita kuatkan dan kita bangun bukan sekedar visi yang sifatnya lokal, tapi lebih jauh, bervisi internasional yang karena itu berarti kita membawa nilai kaffatan linnas rahmatan lil 'alamiin," tukasnya.
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah Imam Nawawi, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari agenda Pra Munas VIII Pemuda Hidayatullah yang akan dilaksanakan pada 17 hingga 19 Februari 2023.
"Pemuda Hidayatullah adalah wadah yang presentatif bagi milenial yang duduk dibangku SMA dan berharap tetap berjuang melalui lembaga kita dan Insyaallah mereka nanti akan menjadi pemimpin-pemimpin di mana mereka berada untuk selanjutnya menjadi pemimpin Indonesia dan pemimpin dunia," kata Imam.
Imam menjelaskan, dalam setiap gerakan sesederhana apapun itu harus ada tujuan termasuk dalam kegiatan seperti ini. Oleh sebab itu, jangan sampai kita tidak punya sebuah agenda yang konkret sebab jika demikian maka kita tidak akan pernah bisa mewujudkan apapun.
"Tanpa tujuan yang konkret, mungkin kita bisa bertahan dengan menjadi sebuah basis yang mendorong kita untuk bisa melakukan lompatan melakukan pencerahan secara lebih luas. Namun jika ia tidak menjadi kultur yang dipertahankan terus menerus maka ia tidak akan memberikan sebuah pengaruh terhadap upaya pencerahan dakwah itu sendiri. Padahal Islam ini hadir sebagai rahmatan lil alamin," katanya.
Imam mengatakan, kegiatan ini setidaknya memiliki dua tujuan. Pertama agar santri sadar akan eksistensi dirinya yang akan menjadi mahasiswa dan menjadi pemuda pada akhirnya.
Kedua, untuk memberikan sebuah kesadaran bahwa kesempatan menjadi santri adalah momentum penting untuk sadar bagaimana melangkah ke depan dengan membantun karakter diri dari sekarang.
Paparan narasumber
Ketiga santri yang hadir sebagai narasumber pada kesempatan ini mampu menguraikan pikirannya dengan cukup baik.
Muhammad Akbar Ilham Zaky dari Depok, Provinsi Jawa Barat, memaparkan secara teori bahwa kepemimpinan umat sangat bergantung pada bagaimana organisasi keumatan mampu melahirkan pemimpin yang berkualitas.
Kualitas itu, terang Akbar, ada pada tiga dimensi yaitu Pertama, adab. Kedua, ilmu, dan Ketiga, adalah kompetensi.
"Kalau pemimpin tidak punya adab dan tidak punya ilmu yang memadai, maka hancurlah orang yang dipimpinnya," katanya.
Lantas bagaimana supaya adab dan ilmu itu hadir, Akbar menerangkan kaum santri harus siap melatih diri menjadi pribadi yang disiplin dan tidak pernah mau melanggar aturan.
Pembicara kedua adalah santri dari Kampus Ummul Qurro Hidayatullah Gunung Tembak Balikpapan Kaltim bernama Muhammad Fathur Ridho. Bahasanya lebih substantif tentang bagaimana sikap pemuda yang harus dikuatkan.
“Pemuda adalah aset, tapi bukan untuk disimpan, tetapi diasah, dididik serta dibina, sehingga memiliki militansi,” ungkap siswa Madrasah Aliyah (MA) Radhiyatan Mardhiyah Balikpapan ini.
Indonesia kata dia membutuhkan kiprah pemuda, untuk memberikan ide dan kontribusi ikut menyelesaikan masalah di negeri ini.
Sebagai pemuda jangan malas-malasan, membuang waktu. Kita harus ikut andil dalam memperjuangkan Islam, harus kritis dan berani menyampaikan kebenaran, demikian Fathur Ridho.
Sementara itu narasumber santri dari Timika, Provinsi Papua, Muhammad Fathurrahman, menegaskan bahwa seorang pemimpin harus mampu mewujudkan harmonisasi sosial.
Kemudian memiliki keteladanan, sebab pemimpin harus seiya sekata antara ucapan dan perbuatan. “Karena satu keteladanan lebih baik dari ribuan nasihat,” ungkap Fathurrahman.
Terakhir ia menyimpulkan bahwa menjadi pemimpin berarti siap memiliki sifat Nabi SAW, yakni shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah.
Menyimak diskusi dalam webinar tersebut, secara pemahaman diketahui, bahwa santri muda sangat paham bagaimana kepemimpinan itu.
Tinggal bagaimana mengasah leadership mereka agar mampu tampil sebagai pemimpin masa depan. Dalam hal ini pembelajaran harus komprehensif.
"Oleh karena itu wadah organisasi Pemuda Hidayatullah harus kita desain sedemikian rupa agar para talenta pemimpin masa depan bisa secara konsisten berlatih dan menempa kepemimpinan diri dengan maksimal," pesan Ketum Imam Nawawi.*/Yacong B. Halike
FOTO FOTO DOKUMENTASI