Politik Progresif Beradab
Oleh Mas Imam Nawawi*
POLITIK progresif beradab menjadi satu tema yang tiba-tiba seorang kolega berkata, "Bagus kalau Anda tulis itu."
Istilah progresif beradab sebenarnya merupakan tagline dari Pemuda Hidayatullah.
Kedua kata itu muncul karena keresahan akan maraknya tindakan amoral dan kemunduran yang menyelimuti cara berpikir anak bangsa, dari rakyat sampai elit negeri.
Anak muda ingin tampil gagah dan menjadikan kata progresif sebagai legitimasi untuk berani apapun, termasuk bertindak tanpa timbangan nalar sehat.
Sementara orangtua yang selalu menghendaki kaum muda menjadi person yang beradab, seringkali lebih suka menampilkan perilaku yang tidak beradab.
Pada akhirnya, kata progresif dan beradab, Pemuda Hidayatullah satukan sebagai sintesa dari realitas yang kita sadar bertentangan, agar dapat kita temukan satu energi solutif untuk mengakhiri semua perilaku mundur dan tidak beradab.
Politik
Ketika kata progresif beradab kita sandingkan pada kata politik, jelas ini memberi penekanan pada cara berpikir dan bertindak secara politik yang tidak saja bagus secara pemikiran, tetapi juga benar-benar menghasilkan maslahat.
Adab adalah sikap mental yang mengutamakan diri bersikap sebagaimana seharusnya dalam pandangan Islam.
Oleh karena itu adab secara umum ada tiga, adab kepada Allah Ta'ala, adab kepada sesama. Dan, adab kepada alam ini.
Jadi, politik yang progresif beradab harusnya mendorong setiap jiwa, entah itu politisi atau pun rakyat biasa, berpikir, berucap, dan bertindak yang hasilnya satu, maslahat.
Dengan demikian tidak perlu ada gimick di dalam politik, karena ada progresif dan beradab. Gimick hanya akan dilakukan oleh politis yang tidak maju dan juga tidak beradab.
Menjadikan itu sebagai standar politisi dan partai politik bersikap dalam dunia politik jelas butuh waktu.
Terlebih dalam sistem demokrasi Indonesia yang begitu mahal, kata progresif beradab tampak seakan sebuah dongeng daripada jalan meraih kemenangan sejati.
Ilmu
Mendorong politik yang progresif beradab butuh bangunan keilmuan yang kokoh.
Ini karena menurut Prof Naquib Al-Attas dalam Islam and Secularism umat Islam mundur karena mengalami yang namanya loss of adab (kehilangan adab).
Loss of adab mengakibatkan umat Islam mendapati pemimpin palsu.
Pemimpin yang dalam memandang amanah seharusnya lebih kepada bagaimana memperjuangkan kebaikan. Tetapi malah memandang amanah sebagai kesempatan melakukan kejahatan dalam ragam bentuknya.
Pendek kata, kita punya jalan baru membangun manusia yang tidak kehilangan adab dengan mendorong kesadaran berpolitik dengan mentalitas progresif beradab.
Progresif revolusioner, memang indah. Tapi setiap perubahan revolusioner, itu butuh energi dan pengorbanan yang tidak sekedar besar, tapi segala sektor.
Sedangkan progresif beradab, memang tampak lebih santun dan mungkin lambat, tetapi dalam jangka panjang, perubahan yang dihasilkan akan sangat luar biasa. Karena ia sesuai dengan ketetapan Tuhan, yakni hukum proses dan pertumbuhan.
Apakah Anda setuju kalau Indonesia hari ini dan ke depan menggunakan tagline politik progresif beradab?.
*) Mas Imam Nawawi, penulis adalah Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah