Ketum Imam Ajak Remaja Putri Milenial Berkarya dengan Kekuatan Literasi
DEPOK - Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Hidayatullah Imam Nawawi mengajak remaja putri generasi milenial untuk terus berkarya dengan kekuatan literasi.
“Islam adalah ajaran yang memandu manusia memahami jalan hidup yang indah dan mulia. Karena itu ayat yang pertama Allah turunka kepada Nabi Muhammad adalah Iqra’ bismirabbik, membaca dengan nama Tuhan,” kata Imam.
Hal itu disampaikan Imam saat diundang menjadi pembicara dalam acara bincang literasi dalam program “Workshop Kepenulisan” di komplek Sekolah Al Quran dan Teknologi itu di bilangan Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor-Depok, Jawa Barat, Rabu (21/12/2022).
Penulis yang aktif berkarya di beragam media, seperti Republika, Majalah Suara Hidayatullah dan Majalah Mulia, ini menjelaskan pentingnya peran membangun peradaban lewat literasi.
Imam memberikan uraian perihal bahwa literasi adalah bagian dari pilar tegaknya peradaban Islam.
Terbukti dalam perjalanan, para ulama menjadi pionir tegaknya budaya literasi. Seperti Ath-Thabari, Al-Qurthubi dan banyak lagi ulama lainnya.
“Ath-Thabari itu mampu menulis 40 halaman setiap hari sepanjang 40 tahun. Tidak kurang dari setengah juta lebih halaman yang telah beliau tuliskan. Tafsir Ath-Thabari saja itu sangat tebal,” imbuh Imam.
Lebih jauh Imam memberikan penjelasan keuntungan menekuni dunia literasi sejak remaja.
Imam mengatakan, orang yang bagus literasinya akan jadi manusia yang memiliki budaya yang positif dalam 24 jam kehidupannya. Punya kecerdasan dan kelapangan dada, sehingga tidak mudah galau, gelisah apalagi putus asa.
“Semakin literasi tinggi, semakin percaya diri meningkat dan tidak ada waktu luang melainkan akan ia gunakan sebagai sarana mencerdaskan diri,” urainya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Putri Hidayatulalh Depok, Ustadzah Sarah Zakiyah, menjelaskan pihaknya hadirkan gelaran ini agar para santri bisa menyiapkan diri untuk berkarya dengan kekuatan literasi.
"Beberapa tulisan telah mereka lakukan dan akan segera disiapkan untuk terbit dalam bentuk buku,” kata Sarah Zakiyah yang pernah menempuh pendidikan di Pesantren Gontor ini.
Kegiatan ditutup dengan sesi diskusi dan praktik menulis secara spontan dari seluruh santri. Dan, ketika sampai pada sesi pengujian, ternyata karya tulis para santri putri cukup potensial dan bagus. Capaian itu diapresiasi oleh Imam.
“Tinggal latihan dan komitmen untuk terus berlatih dan mengasahnya. Tulisan santri sekarang cukup bagus, terus tajamkan,” pesannya.*/ Yacong B. Halike