Pemhida Jatim Diskusi Tantangan Dakwah Internasional dengan Pemuda ASEAN
Dengan dasar pemikiran di atas lah, Pemuda Hidayatullah (Pemhida) Jawa Timur memanfaatkan momentum agenda OH VERY YOUNG!– International Camp for Peace and Prosperity yang diselenggarakan oleh Pemuda Hidayatullah bekerjasama dengan Departemen Hubungan Antar-Bangsa DPP Hidayatullah di tiga kota, yaitu Jakarta, Malang dan Surabaya sejak 1 Agustus hingga 14 Agustus 2023.
Setelah menghabiskan 3 hari di Jakarta, peserta yang terdiri dari perwakilan pemuda-pemuda dari berbagai Negara di Asia Pasifik tersebut melanjutkan kegiatan di Hidayatullah Malang selama 7 hari kemudian menuju Surabaya selama 3 hari.
Keberadaan mereka di Surabaya inilah yang dimaksimalkan oleh Pemhida Jatim, untuk berdiskusi dengan tajuk ‘Dakwah International, The Challenges and The Opportunities’ dengan harapan diskusi tersebut dapat menyamakan persepsi dalam meretas permasalahan dakwah di setiap negara peserta.
Selain membahas dakwah, Adib Nursyahid, ketua PW Pemhida Jatim yang juga hadir membersamai pemuda saat acara berlangsung menuturkan, acara ini juga adalah ajang membangun silaturrahim dan keakraban pemuda lintas Negara.
“Kami sengaja adakan dalam format informal, suasana santai. Sambil ngopi dan ngemil kacang rebus, biar semakin akrab.” Ujar Bang Adib yang juga dosen STAI Luqman al Hakim Surabaya ini.
Sementara itu, sekertaris PW Pemhida Jatim, Muhammad Faruq, yang mewakili Pemhida Jatim untuk memberi kata pengantar mengungkapkan bahwa manusia saat ini sedang mengalami kebingungan memaknai hidup. Akibatnya, terjadi banyak krisis.
“Dikalangan remaja terjadi krisis mental, lingkungan kita juga rusak oleh kapitalisme yang berorientasi materi, disisi lain distribusi kekayaan yang tidak merata membuat gap antara yang kaya dan miskin sangat besar" Ujar faruq
"Saking banyaknya masalah, manusia mencipatakan ideologi baru yang juga bermasalah.” Tutupnya seraya menyebut beberapa ideologi yang santer belakangan ini seperti veganisme, LGBQ+, Free Sex, Child Free dan sebagainya. Hal demikian, baginya adalah peluang bagi pemuda untuk memberi jawaban dengan dakwah.
Hal lain diungkapkan oleh Hamza Farid Ulla, peserta asal Malaysia. Dalam pengamatannya, ada hal lain yang juga menjadi tantangan dakwah, yaitu budaya kemuysrikan di kalangan masyarakat dan fanatisme madzhab yang ektrem.
“Jadi kalau ada yang berbeda cara beragamanya, langsung di cap kafir.” Ucap pemuda keturunan Rohingya tersebut.
Acara yang berlangsung sejak pukul 20.00 hingga 21.30 tersebut dilaksanakan di Lapangan Integral Luqman al Hakim, Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya dan berlangsung hangat.
Diskusi renyah diselingi canda tawa tanda akrab menjadi pelengkap malam minggu, bagi pemuda-pemuda yang berjanji akan meneruskan risalah dakwah ini.*)Faruq-Jatim