News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Ketika Kebijaksanaan Berganti "Kebinatangan"

Ketika Kebijaksanaan Berganti "Kebinatangan"

Oleh Azmi Al Haq, Lc

Dalam buku-buku sejarah Nusantara, Majapahit seringkali menonjol sebagai simbol kejayaan. Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, kerajaan ini dikenal dengan sumpah Palapa-nya yang legendaris, yang bertujuan untuk menyatukan seluruh Nusantara. 

Kekuasaan Majapahit yang luas, mencakup wilayah Indonesia saat ini, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, hingga Filipina, tidak menghalangi penerapan hukum yang adil. 

Raja Majapahit dikenal karena kebijaksanaannya, keadilan, dan ketelitian dalam setiap keputusan, sesuai dengan ajaran kitab mereka yang menekankan prinsip keadilan universal.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz: Teladan Keadilan

Di belahan dunia lain, Khalifah Umar bin Abdul Aziz, cucu Khalifah Umar bin Khattab, juga dikenal karena integritasnya. Dalam Tarikh Khulafa’ karya Imam Jalaluddin As-Suyuti, diceritakan bahwa ketika Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik jatuh sakit, Umar bin Abdul Aziz diusulkan sebagai pengganti. 

Meskipun mengalami kelemahan fisik saat dilantik sebagai Khalifah ke-8, ia tetap berkomitmen untuk menegakkan keadilan tanpa membeda-bedakan. Kesaksian dari masa pemerintahannya mengungkapkan bahwa ia benar-benar menepati janjinya untuk berlaku adil, bahkan terhadap hewan.

Animal Farm: Ketidakadilan dalam Dunia Fiksi

Sebagai perbandingan, dalam novel Animal Farm karya George Orwell, diceritakan bagaimana sekelompok hewan membuat dan kemudian mengubah aturan sesuai kehendak mereka. 

Misalnya, babi bernama Squealer awalnya melarang minum arak, tetapi aturan ini kemudian diubah oleh Napoleon, babi lain, menjadi larangan minum arak secara berlebihan setelah dia sendiri ketahuan melanggar. 

Cerita ini menggambarkan bagaimana kekuasaan dapat disalahgunakan untuk memenuhi nafsu pribadi, merusak prinsip-prinsip yang telah disepakati.

Refleksi dari Kisah-Kisah Ini

Kisah-kisah ini, baik yang nyata maupun fiksi, memberikan gambaran tentang pergeseran dari kebijaksanaan menuju perilaku yang tidak bertanggung jawab. Ketika kekuasaan digunakan untuk mengubah aturan demi keuntungan pribadi, ini menandakan kemunduran moralitas.

Pertanyaannya adalah, apakah kita mengikuti jejak kepemimpinan bijaksana seperti Raja Majapahit dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ataukah kita lebih mirip dengan Napoleon dalam Animal Farm? Sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur’an, Surat Al-A’raf ayat 179:

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."

Kesimpulan: Menuju Kepemimpinan yang Adil

Semoga artikel ini dapat menjadi cermin bagi kita untuk merenung dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, mengikuti jejak kepemimpinan yang adil dan bijaksana.

Wallahua’lam bisshawab

*Penulis adalah Kadep Dakwah dan Pembinaan Anggota PW Pemuda Hidayatullah Bali

Tags