News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Matinya Toleransi "Lakum Dīnukum Waliyyadīn" dalam Konteks Sosial dan Keagamaan

Matinya Toleransi "Lakum Dīnukum Waliyyadīn" dalam Konteks Sosial dan Keagamaan

Oleh Ibnu Abdurrahman*

Dalam konteks sosial dan keagamaan, menghormati tamu adalah salah satu tanda keimanan yang mendalam. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka muliakanlah tamunya" (HR. Muslim dari Abi Syuraih bin Khuwailid bin Amru Al-Khuzai). Hadis ini menegaskan bahwa keimanan seseorang tidak hanya tercermin dari ibadahnya, tetapi juga dari cara ia memperlakukan orang-orang di sekitarnya.

Keimanan dan Muamalah Sosial

Keimanan tidak dapat diukur secara subjektif oleh pandangan pribadi, orang lain, atau bahkan diri sendiri. Namun, keimanan dapat dirasakan melalui tindakan dan kebiasaan sehari-hari. Misalnya, sikap toleransi dan pengertian terhadap perbedaan budaya dan agama adalah salah satu indikasi keimanan yang sejati.

Penting untuk dicatat bahwa orang yang baik kepada sesama dalam lingkup yang sama, seperti orang Jawa yang baik kepada sesama orang Jawa atau orang Bugis yang baik kepada sesama Bugis, adalah hal yang biasa. Namun, yang luar biasa adalah ketika berbagai suku atau kelompok etnis saling mendukung dan bergotong royong, menunjukkan contoh toleransi dan kerukunan yang patut dicontoh.

Teladan Rasulullah SAW

Rasulullah SAW dikenal dengan julukan "al-Amin" (yang terpercaya) karena kemampuannya mempersatukan berbagai suku di Makkah. Melalui sikap beliau yang penuh kasih dan kesucian Islam, beliau menciptakan rasa aman dan persatuan yang menginspirasi masyarakat umum. Ini adalah contoh nyata bagaimana keimanan dapat membentuk masyarakat yang harmonis.

Namun, saat ini, ada fenomena yang meresahkan di mana beberapa kelompok tertentu malah membubarkan kajian-kajian Islam atau menunjukkan sikap keras terhadap sesama umat Islam, sementara agama lain diperlakukan dengan lebih lembut atas nama toleransi. Ini tentu bertentangan dengan prinsip keimanan yang sebenarnya.

Toleransi dalam Praktek

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ("Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang di antara mereka.")

Ini menunjukkan bahwa toleransi tidak berarti mengabaikan prinsip agama, tetapi harus tetap dalam koridor yang benar. Toleransi yang sejati adalah saat kita tetap teguh pada iman kita sambil menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, bahkan jika mereka berbeda agama.

Kondisi Terkini dan Refleksi

Baru-baru ini, berita tentang kedatangan tamu istimewa dari Vatikan untuk kegiatan ritual keagamaan telah menarik perhatian banyak orang. Meskipun menghormati tamu adalah wujud iman, perlu dicatat bahwa jika tamu tersebut membawa misi yang bertentangan dengan mayoritas agama penduduk, maka toleransi yang tepat adalah "bagimu agamamu, bagiku agamaku."

Ada laporan bahwa beberapa organisasi masyarakat Islam menyambut tamu tersebut dengan sangat antusias, bahkan memberikan sambutan yang sangat istimewa. Ini menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi dalam menunjukkan toleransi kepada sesama umat Islam.

Menjaga Toleransi dan Persatuan

Harapan kita adalah agar sikap toleransi yang ditunjukkan kepada tamu-tamu dari luar dapat menular ke dalam komunitas kita sendiri. Kita harus menghindari pembungkaman terhadap kajian-kajian Islam dan menghargai para ulama kita tanpa membedakan bendera atau kelompok.

Kita harus belajar dari sikap Nabi Ibrahim AS, yang menunjukkan toleransi dengan berkata, "Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Aku berlepas diri dari kemusyrikanmu."

Rasulullah SAW juga mengajarkan kita untuk menjawab salam para ahli kitab dengan "wa 'alaik" (dan atasmu) sebagaimana dijelaskan oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah.

Kesimpulan

Mari kita perlakukan para ulama, kiai, dan guru-guru kita dengan penghormatan yang lebih tinggi daripada tamu-tamu dari luar negeri. Mereka adalah penjaga agama kita yang sesungguhnya. Islam adalah agama yang menyelamatkan umat dari fitnah dunia dan azab akhirat.

Dengan menguatkan toleransi di dalam negeri dan menghargai keberagaman, kita dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah dan menciptakan masyarakat yang harmonis. Semoga kita semua diberikan hidayah untuk menjaga iman dan toleransi dalam setiap aspek kehidupan kita.

Naudzubillah min dzalik.

Tags